Pentingnya Karakter Positif bagi Keberhasilan Studi Mahasiswa

Mahasiswa merupakan individu yang berada dalam tahap perkembangan remaja. Secara psikologis, remaja memiliki tugas perkembangan untuk menerima fisik dan identitas seksualnya, membangun relasi sosial dengan lingkungan, mempersiapkan diri untuk sebuah pernikahan, mempersiapkan kemandirian finansisal, dan memiliki minat tertentu yang akan ditekuni di masa depan. Tugas perkembangan ini didukungan oleh kondisi fisik remaja yang berkembang dengan sangat pesat. Aktifnya hormon seksual memicu pertumbuhan fisik dan memberi pengaruh terhadap kondisi emosi dan sosial remaja. Remaja mulai tertarik dengan lawan jenis dan lebih melekat kepada teman sebaya dibandingkan orangtua. Remaja juga menjadi lebih emosional dan mudah berubah suasana emosinya. Perkembangan otak juga mendorong kemampuan kognitif menjadi lebih mirip orang dewasa. Remaja mampu berpikir kritis, memahami hal-hal yang abstrak serta berpikir hipotetis. Remaja semakin sadar akan dirinya dan membangun identitas pribadi. Secara moral remaja berusaha mematuhi aturan sebagai komitmen dan tanggung jawabnya terhadap norma yang ada.

Kondisi psikologis yang demikian, mendukung remaja untuk menjalani pendidikan demi membangun masa depan. Masa remaja sebagian besar dihabiskan dengan menempuh pendidikan di lembaga formal sesuai dengan minat dan bakatnya. Proses pendidikan yang dijalani di perguruan tinggi menuntut mahasiswa menunjukkan prestasi akademis yang baik. Masa studi yang ditetapkan diharapkan dapat diselesaikan mahasiswa dengan prestasi yang memadai. Selama duduk di bangku kuliah, mahasiswa mendapatkan pengetahuan, memiliki sikap, dan memperoleh keterampilan yang sasaran pembelajaran di program studi yang ditempuh. Hasil belajar tersebut dicapai melalui kegiatan perkuliahan di kelas, menyelesaikan sejumlah tugas, berpartisipasi dalam kegiatan yang telah dipersiapkan pihak kampus, termasuk menyelesaikan tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan.

Dalam menyelesaikan tugas akhir yang disebut sebagai skripsi, mahasiswa harus berinteraksi dalam waktu lama dengan dosen pembimbing yang ditetapkan. Interaksi tersebut berbentuk pertemuan antara mahasiswa dan pembimbing untuk mendiskusikan penyusunan dan penyelesaian skripsi. Proses bimbingan memakan waktu cukup panjang antara 1 hingga 3 semester atau bahkan lebih.  Lamanya penyelesaian skripsi sangat ditentukan dari kuantitas dan kualitas hasil bimbingan yang dicapai. Semakin sering dan berkualitas proses bimbingan maka tugas akhir biasanya akan lebih cepat selesai. Sebaliknya semakin jarang dan semakin rendah kualitas bimbingan yang diterima mahasiswa maka akan lebih lambat penyelesaian skripsi tersebut. Dan semakin lama penyelesaian tugas akhir mengindikasikan rendahnya kualitas hubungan mahasiswa dengan dosen pembimbing. Dengan kata lain, mahasiswa yang kurang puas dengan hubungannya dengan dosen pembimbing biasanya akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsinya.

Rendahnya tingkat kepuasan mahasiswa terhadap hubungannya dengan pembimbing dapat disebabkan karena tidak diperolehnya apa yang menjadi kebutuhan dalam penyelesaian skripsi. Misalnya kurangnya informasi dari pembimbing, sulitnya menyepakati jadwal pertemuan, sulitnya memahami masukan yang diberikan, atau kurang sejalannya pemikiran antara dosen dan mahasiswa. Masalah di atas mengakibatkan mahasiswa sulit memenuhi tuntutan akademiknya atau kurang mampu menunjukkan hasil pekerjaan yang diharapkan oleh pembimbing. Jika hal ini terjadi, mahasiswa sulit mendapatkan dukungan atau persetujuan untuk melangkah ke tahap penyelesaian berikutnya.

Faktor apa yang dapat menyebabkan mahasiswa sulit mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing? Salah satu faktornya adalah karakter kepribadian yang dimiliki. Sebagaimana diketahui bahwa interaksi mahasiswa dengan dosen pembimbing merupakan interaksi sosial yang bersifat timbal balik. Kedua belah pihak dapat mempengaruhi pihak lain dan sebaliknya pihak lain dapat mempengaruhi perilaku pihak lainnya. Sikap dosen yang kurang memberikan dukungan kepada mahasiswa baik berupa informasi, nasehat, memberikan rasa nyaman, memberi solusi maupun menyediakan waktu yang memadai, bisa jadi disebabkan karena perilaku mahasiswa yang tidak diharapkan. Mahasiswa yang memiliki karakter optimis dan bersikap prososial umumnya lebih disukai oleh dosen. Mahasiswa yang optimis akan bersikap pantang menyerah dan akan terus berusaha memberikan hasil kerja yang terbaik meskipun menghadapi kesulitan.

Demikian pula mahasiswa yang senang membantu dan mendahulukan kepentingan orang lain akan mendorong dosen untuk lebih memberi dukungan. hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut akan cenderung mengalah, tidak memaksakan kehendak, dan lebih mengutamakan kenyamanan dosennya. Sebaliknya mahasiswa juga prososialnya rendah akan cenderung memaksaakan keinginan dan berfokus pada kepentingannya pribadi. Sikap demikian akan menimbulkan konflik dan ketidaknyamanan pada dosen pembimbing. Hal lain yang dimiliki mahasiswa adalah sistem penguat terhadap perilaku positifnya. Jika dosen memberikan umpan balik terhadap hal-hal yang ia lakukan dengan benar, mahasiswa akan semakin produktif dalam mengerjakan tugasnya. Semakin sering dosen memberikan tanggapan positif, semakin mahasiswa menunjukkan kinerja akademis yang tinggi.

Dapat dikatakan bahwa mahasiswa  yang optimis, senang membantu, dan mendapatkan penguatan positif akan mendorong dosen untuk memberikan apa yang menjadi kebutuhannya dalam menyelesaikan tugas akhir. Semakin mahasiswa menunjukkan karakter positif maka semakin dosen memberi dukungan dan persetujuan. Dengan dukugan dan persetujuan dosen pembimbing, mahasiswa akan lebih cepat dan lebih mampu menyelesaikan studinya dengan tepat waktu.

Kata Kunci: karakter, kampus, mahasiswa, relasi dosen-mahasiswa

Sumber: Lubis, R. & Hasanuddin. (2022). The Role of Positive Youth Development as a Mediator of the Relationship between Family Function and Lecturer-Student Relationship. Psymphatic: Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol 10: 1, Juni 2023; p. 29- 38

Dukungan Keluarga untuk Kesehatan Mental Pekerja

Seorang pekerja melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan kewajiban dan wewenang yang ditetapkan. Dalam menjalankan tugas, para pekerja menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan atau tantangan yang perlu diatasi. Misalnya kurang tersedianya informasi untuk menuntaskan pekerjaan, perlengkapan kerja yang terbatas, instruksi kerja yang tidak jelas dari pimpinan, komunikasi dengan rekan yang kurang lancar, atau beban kerja yang sangat banyak. Masalah-masalah tersebut membutuhkan sejumlah kemampuan dari dalam diri pekerja seperti identifikasi masalah, daya analisa masalah, pengambilan keputusan, keterampilan interpersonal, stabilitas emosi, kepercayaan diri, kepemimpinan, ataupun kesiapan dalam menghadapi perubahan. Semua itu merupakan faktor pendukung yang bersumber dari dalam diri yang perlu dimiliki oleh pekerja. Pekerja yang memiliki kapasitas tersebut akan merasa lebih mudah mengatasi tantangan dalam pekerjaannya. Namun pekerja yang kurang memiliki sumber daya tersebut akan lebih sulit menemukan jalan keluar.

Sumber daya personal bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan pekerja dalam menunjukkan kinerja yang baik. Sumber daya yang berasal dari lingkungan juga sangat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan mental pekerja. Lingkungan dapat berarti rekan kerja, atasan, bawahan, pelanggan, atau keluarga. Orang-orang yang berada di lingkungan kerja akan memberi pengaruh langsung kepada pekerja dalam memecahkan masalah pekerjaannya. Sedangkan keluarga merupakan pihak yang meskipun mempengaruhi secara tidak langsung namun memiliki peran yang sangat menentukan. Keluarga dapat berarti pasangan (suami atau istri), anak-anak, orangtua, atau saudara kandung. Keluarga berperan memberi dukungan kepada pekerja dalam berbagai bentuk. Misalnya dukungan informasi, emosional, instrumental dan pendampingan. Dukungan informasi berarti keluarga membantu pekerja memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Misalnya saran, nasehat dan umpan balik terhadap kinerja atau perilaku yang ditunjukkan pekerja. Dukungan emosional berarti dukungan yang bertujuan memberi rasa tenang, rasa aman dan meningkatkan kepercayaan diri pekerja atas apa yang dialaminya. Misalnya menenangkan saat mengalami kegagalan atau memberi penguatan atas apa yang telah dilakukan. Dukungan instrumental dapat berupa fasilitas atau material yang dibutuhkan pekerja dalam menjalankan tugasnya. Misalnya uang, alat yang digunakan untuk bekerja, memberikan tumpangan, dan sebagainya. Dukungan pendampingan berarti adalah kesediaan keluarga untuk menemani atau menghabiskan waktu bersama pekerja di luar jam kerja. Misalnya mengisi waktu luang bersama, menemani ke suatu tempat untuk berlibur dan sebagainya.

Dukungan seperti yang disampaikan di atas sangat berharga bagi pekerja untuk dapat meringankan beban dalam bekerja. Dengan dukungan yang diterima dari keluarga pekerja mendapatkan bantuan untuk memecahkan masalah, mampu mengelola emosi dan mengambil keputusan yang rasional dan tepat, serta memiliki sarana untuk menjalankan tugas sesuai dengan yang diharapkan. Dukungan dari keluarga dapat menurunkan tingkat stres, mengatasi kecemasan, meningkatkan efektivitas kerja, meningkatkan kepuasan kerja, serta meningkatkan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan pada pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan mental pekerja.

Untuk meningkatkan kesehatan mental para pekerja, disarankan kepada perusahaan agar memberi perhatian pada kualitas kehidupan keluarga karyawannnya. Dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pada keluarga untuk lebih memberikan dukunggan kepada karyawan, menyelenggarakan kegiatan family gathering, dan memfasilitasi karyawan untuk memberikan perhatian pada keluarganya. Kepada karyawan dapat disarankan untuk lebih terbuka dalam meminta dukungan kepada keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan bersikap lebih terbuka dalam menyampaikan kebutuhan pada keluarga dan meningkatkan kualitas hubungan dengan anggota keluarga.

Kata kunci: karyawan, dukungan keluarga, stres kerja, work-life balance

Sumber: Fatimah, P., Pasaribu, S.E. & Lubis, R. (2022). Pengaruh Dukungan Keluarga dan Stres Kerja terhadap Work-Life Balance pada Tenaga Kesehatan Keperawatan Wanita di RS kota Medan. Journal of Education, Humaniora and Social Science. Vol 5. NO 2.