Minat dan Motivasi Belajar Siswa

Belajar merupakan tugas dan kewajiban dari setiap siswa sekolah. Belajar merupakan kegiatan terencana dan terstruktur yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan menetap pada siswa. Dengan belajar, siswa mendapatkan perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Hasil dari kegiatan belajar dapat diukur untuk menilai apakah proses belajar telah terjadi. Guru memberikan soal latihan, ulangan, quiz, tugas, ataupun ujian untuk menilai apakah tujuan belajar yang ditetapkan telah tercapai. Hasil belajar dapat disebut prestasi belajar yang biasanya dituliskan dalam bentuk nilai prestasi.

Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak macam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa dan dapat pula berasal dari lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa sering disebut faktor internal, sedangkan faktor dari lingkungan disebut faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor penentu prestasi belajar yang seringkali dapat dikontrol dan dikendalikan oleh siswa. Salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar adalah minat belajar. Minat belajar merupakan tingkat ketertarikan siswa untuk belajar materi tertentu. Minat belajar dapat dinilai dari aspek kognitif, afektif, dan konatif. Dari aspek kognitif berarti siswa yang berminat akan berusaha memahami materi pelajaran yang diberikan. Aspek afektif berarti bahwa siswa yang berminat belajar akan merasa senang dan menikmati kegiatan belajar yang dijalani. Sedangkan aspek konatif berarti siswa yang berminat akan melakukan kegiatan yang diminta oleh guru selama proses belajar. Sebaliknya, siswa yang tidak berminat belajar akan menunjukkan keengganan untuk memahami, merasa tidak nyaman atau tertekan, serta tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan.

Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang dimiliki siswa untuk melakukan usaha belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan perilaku memiliki alasan untuk belajar, adanya hasrat untuk belajar, memiliki tujuan yang ingin dicapai, memberi penghargaan atas hasil belajarnya, lingkungan yang mendukung belajar, serta merasa senang saat belajar. Sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah tidak memiliki tujuan belajar yang ingin dicapai, tidak memiliki alasan yang kuat untuk belajar, tidak ada keinginan belajar, menganggap hasil belajar sebagai hal yang tidak penting, lingkungan kurang mendukung, serta tidak menikmati kegiatan belajar.

Minat dan motivasi belajar ini merupakan kondisi yang juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan. Diantaranya adalah media belajar dan teknik belajar. Media belajar merupakan sarana penyajian bahan ajar kepada siswa. Media belajar dapat berbentuk tatap muka langsung (luar jaringan atau luring) dan dapat pula bersifat jarak jauh (dalam jaringan atau daring). Media belajar yang berbeda menuntut persiapan dan metode mengajar yang berbeda dari guru. Dalam proses belajar tatap muka secara langsung, guru dapat berinteraksi lebih leluasa dan memberikan informasi lebih jelas kepada siswa. Tidak ada kendala jaringan yang dapat mengganggu proses pertukarang informasi. Guru juga dapat memanfaatkan sejumlah alat peraga, melakukan demonstrasi, memberi kesempatan praktek, memberi kesempatan bertanya saat siswa menemukan kesulitan, dan menggunakan aspek komunikasi non verbal secara lebih optimal dalam memberikan informasi. Dengan media belajar luring, siswa dapat lebih berminat dan termotivasi karena beragamnya metode mengajar dan interaksi yang lebih intensif.

Proses belajar jarak jauh memiliki keterbatasan karena media komunikasi terbatas pada jendela komunikasi virtual. Siswa tidak dapat menyaksikan seluruh aktivitas guru saat menjelaskan karena yang tampil di layar hanya wajah guru. Demikian pula guru tidak dapat mengamati keseluruhan aktivitas belajar siswanya selama kegiatan belajar. Komunikasi mungkin terganggu oleh masalah jaringan dan membutuhkan waktu untuk proses transfer informasi. Guru juga kesulitan dalam menggunakan metode belajar tertentu misalnya demonstrasi, tanya jawab, praktek, dan lain sebagainya. Hal ini dapat mengakibatkan proses belajar menjadi kurang menarik dan melelahkan bagi siswa karena kegiatan hanya didominasi oleh metode ceramah dan penugasan di rumah. Dengan demikian, media belajar daring dapat mempengaruhi rendahnya minat dan motivasi belajar siswa.

Namun demikian, media belajar yang berbeda jika diaplikasikan dengan metode mengajar yang sama, dapat menghasiilkan efek yang sama saja bagi siswa. Kenyataannya, jika guru yang mengajar dengan media luring lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan, kurang memberi kesempatan bertanya, kurang menggunakan ilustrasi dan alat peraga, kurang memberikan demonstrasi atau praktek pada siswa, maka siswa menilai proses belajar menjadi kurang menarik. Siswa akan menilai bahwa belajar tatap muka atau jarak jauh akan sama membosankannya. Dengan demikian, media belajar yang berbeda hanya akan menimbulkan minat dan motivas belajar yang berbeda jika ditunjang dengan metode mengajar yang menarik. Sebaliknya, media belajar daring pun dapat menjadi menyenangkan bagi siswa jika guru menggunakan sumber daya belajar yang optimal.

Selain metode mengajar yang menarik dan beragam, teknik belajar yang digunakan juga akan menentukan minat dan motivasi belajar siswa. Teknik belajar yang memberi kesempatan lebih banyak mengulang pelajaran akan menimbulkan minat dan motivasi belajar yang lebih tinggi. Siswa yang diberikan materi pelajaran namun kurang diberi kesempatan untuk mengulang dan mengingatnya, akan cenderung menilai pelajaran tersebut kurang menarik dan menurunkan hasrat untuk belajar. Proses pengulangan dapat divariasikan oleh guru melalui tugas-tugas latihan yang mempertajam ingatan dan pemahaman siswa mengenai materi tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menunjukkan prestasi belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi. Minat dan motivasi belajar yang tinggi ditentukan oleh penggunaan metode yang bervariasi serta memberi kesempatan sebanyak mungkin untuk mengulang atau mengingat materi pelajaran tersebut.

Sumber:

Munthe et al (2022). Perbedaan Motivasi Belajar Dan Minat Belajar Antara Siswa Yang Belajar Daring Dan Luring Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMP Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan. Journal of Education, Humanity, and Social Science (JEHSS). Vol 5 No 2 Tahun 2022

Qodri et al (2023). Perbedaan Minat Belajar dan Motivasi Belajar Ditinjau dari Penggunaan Metode Menghafal Alquran di Pondok Tahfidz Maskanul Huffaz di Bintaro.

Journal of Education, Humanity, and Social Science (JEHSS). Vol 5 No 3 Tahun 2023.

Pentingnya Keseimbangan Kehidupan Kerja Bagi Profesionalitas Karyawan

Seorang karyawan memilih menjadi bagian dari sebuah organisasi demi mencapai tujuan-tujuan pribadinya. Ada karyawan yang ingin mendapatkan manfaat finansial, ada yang mengharapkan pengalaman baru, ada pula yang ingin meraih status sosial yang tinggi saat memutuskan bergabung dengan perusahaan. Ada lagi karyawan yang ingin mendapat peluang menjadi bagian dari kelompok atau bertujuan menggunakan potensi yang dimiliki untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Tujuan-tujuan pribadi tersebut menentukan bagaimana karyawan menjalankan tugas dan menyelesaikan pekerjaannya. Semakin besar keinginan untuk memenuhi tujuan tersebut maka akan semakin besar kebutuhan untuk berhasil dalam pekerjaan yang ditekuni.

Bagi organisasi, tujuan-tujuan pribadi dari karyawannya tidaklah menjadi satu persoalan sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan organisasi. Perusahaan justru merasa mendapat keuntungan jika tujuan pribadi karyawan dapat selaras dengan tujuan organisasi. Kondisi tersebut menciptakan situasi yang saling menguntungkan antara karyawan dan perusahaan. karyawan yang memiliki tujuan pribadi yang jelas dan kuat akan mendorongnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan berusaha menemukan jalan pemecahan untuk mengatasi hambatan dalam pekerjaanya. Ketika karyawan berhasil meraih tujuannya maka akan sekaligus menghasilkan konsekuensi tercapainya tujuan organisasi.

Terpenuhinya tujuan organisasi merupakan alasan sebuah organisasi didirikan. Suatu perusahaan memiliki visi misi dan tujuan yang ingin dicapai dengan sejumlah strategi yang ditetapkan. Karyawan sebagai aset perusahaan akan sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Ketika karyawan bekerja sesuai dengan SOP yang ditetapkan dan menghasilkan output yang diharapkan maka besar kemungkinan perusahaan akan mencapai tujuan. Hasil pekerjaan yang ditunjukkan karyawan dapat berupa tingkat produksi yang dihasilkan, kualitas layanan kepada pelanggan, maupun profesionalitas dalam bekerja.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil kerja karyawan, diantaranya adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah penilaian subjektif karyawan dengan membandingkan antara ekspektasi dengan kenyataan yang diterima terkait aspek pekerjaan. Kepuasan karyawan mengenai upah, relasi dengan rekan, kepemimpinan dari atasan, serta kondisi lingkungan kerja akan ditentukan dari seberapa jauh kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Semakin kecil kesenjangan tersebut maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan. Sebaliknya semakin lebar perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diterima dari perusahaan maka akan menimbulkan ketidakpuasan.

Ketika karyawan merasakan puas terhadap apa yang ia terima dan dapatkan dari pekerjaan, maka akan muncul perilaku profesional dalam bekerja. Karyawan berusaha memenuhi standar dalam bekerja dan mencapai sasaran kerja yang ditetapkan dengan penuh kesungguhan. Sebaliknya karyawan yang merasa tidak puas dengan penghasilannya, atau kecewa terhadap atasan, memiliki hubungan kurang harmonis dengan rekan, atau lingkungan kerja yang kurang mendukung, maka karyawan akan terdorong untuk bekerja secara asal-asalan dan tidak berusaha memberikan yang terbaik bagi perusahaan.

Kepuasan karyawan sendiri terbentuk oleh sejumlah faktor yang bersumber dari dalam diri karyawan. Diantaranya adalah keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan (work life balance atau disingkat WLB). WLB merupakan kondisi ketika kehidupan bekerja berinteraksi dengan pekerjaan. Hasilnya, pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi atau dapat pula memperkaya kehidupan karyawan. Sebaliknya kehidupan pribadi pun dapat mengganggu pekerjaan namun dapat pula justru mendukung kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Semakin tinggi WLB maka semakin karyawan dapat memperkaya kehidupannya dengan pekerjaan atau sebaliknya pekerjaan akan memperkaya kehidupan pribadinya. Semakin rendah WLB maka antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, satu dengan yang lain saling mengganggu.

Karyawan yang merasa pengalaman kerjanya dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadinya, akan merasa lebih puas dengan aspek-aspek dalam kehidupan kerjanya. Kepuasan yang tinggi tersebut selanjutnya akan mendorongnya berperilaku profesional. Sebaliknya, ketika seorang karyawan merasa beban kerjanya justru memperburuk kualitas hubungannya dengan keluarga atau teman, maka ia akan merasa kurang puas dengan apa yang ia dapatkan dalam pekerjaan. Kondisi ini membuatnya bekerja dengan sikap dan cara yang buruk. Demikian pula ketika karyawan merasa kehidupan pribadinya mendukung pekerjaannya, ia akan merasa lebih puas dengan yang ia dapatkan dari pekerjaan sehingga sikap kerja dan cara kerjanya lebih baik. Namun jika karyawan merasa kehidupan pribadinya mengacaukan pekerjaanya, ia akan merasa tidak mendapatkan apa yang ia harapkan sehingga menurunkan profesionalitasnya dalam bekerja.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan karyawan dalam menjaga keseimbangan kehidupan dengan pekerjaannya akan menentukan tingginya tingkat kepuasan kerjanya. Kepuasan kerja tersebut kemudian berdampak pada profesionalitasnya  yang tinggi dalam menjalankan tugas. Keseimbangan kehidupan kerja menentukan tingkat profesionalitas kerja karyawan melalui perantara tingkat kepuasan kerja.

Kata kunci: karyawan, kepuasan kerja, profesionalitas kerja, work-life balance

Sumber: Harahap, SW; Lubis, R & Turnip, K. (2022). Pengaruh Work-Life Balance terhadap Profesionalitas Kerja Melalui Mediasi Kepuasan Kerja pada ASN di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal Mukadimah. Vol 7 No 1, Februari 2023.p. 190- 198 Universitas Medan Area.